PLH BAB III (MASALAH LINGKUNGAN HIDUP)

BAB III. MASALAH LINGKUNGAN

A. Lingkungan dan Permasalahannya
Masalah Iingkungan sudah ada sejak dahulu kala, tetapi dampaknya yang lebih luas mulai dirasakan pada dasawarsa 1950-an, akibat dari berkembangnya teknologi. Menurut Soeriaatmadja (1990), suatu penemuan yang sangat besar dampaknya terhadap alam pikiran manusia pada abad ke 20 ini ialah ketika manusia berhasil pertama kalinya mengarungi angkasa kuar dengan pesawat luar angkasa. Dari jendela pesawat para
astronot dapat melihat planet bumi kita yang dihuni oleh bermacam-macam makhluk hidup. Pandangan lama menganggap bahwa manusia hidup di tengah-tengah berbagai benua yang terhampar luas tanpa batas dan dipisahkan oleh samudra yang batasnya tak jelas. Sehingga dengan berhasilnya manusia mengarungi angkasa luar, manusia juga dapat mengamati kerusakan planet bumi dari atas bumi.
Kerusakan lingkungan juga mengakibatkan kerusakan kehidupan, contohnya smog, asap menyerupai kabut yang berasal dari buangan mobil dan pabrik yang kemudian bereaksi dengan matahari, akan menganggu kesehatan (sistem pernafasan). Juga pengaruh logam berat air raksa (Hg) yang menyebabkan penyakit Minamata serta Iimbah logam kadmium (Cd) yang menyebabkan penyakit Itai-itai, keduanya di Jepang. Contoh di atas telah menarik perhatian serius beberapa negara sejak mulai 1970-an. Tepatnya setelah diselenggarakan konferensi PBB tentang Iingkungan hidup di Stockholm 5-11 Juni 1972. Sehingga tanggal 5 Juni selain dijadikan Hari Lingkungan Hidup Sedunia (The Environment Day), didirikan pula badan PBB yang mengurus masalah lingkungan yaitu United Nation Environmental Programme (UNEP). Perlu diketahui bahwa pada konferensi tersebut ikut serta perwakilan Indonesia, yang sebelumnya telah mengadakan seminar tentang lingkungan hidup untuk pertama kalinya di Indonesia 15-18 Mei 1972 (Soemarwoto, 1997).
Beberapa hal pokok yang menyebabkan timbulnya masalah lingkungan antara lain adalah tingginya tingkat pertumbuhan penduduk, meningkatnya kualitas dan kuantitas limbah, adanya pencemaran lintas batas negara.

B. Masalah Lingkungan Secara Global
Masalah lingkungan saat ini menjadi salah satu isu yang paling sering dibahas baik oleh pemerintah, peneliti maupun badan organisasi di level internasional maupun lokal. Beberapa masalah lingkungan global antara lain:
1. Perubahan Iklim (Pemanasan Global)
Iklim bumi telah berganti beberapa kali sepanjang sejarah sampai saat ini, terentang mulai jaman es sampai periode-periode panjang bumi menjadi hangat dan es mencair. Berdasarkan sejarah, faktor-faktor alam seperti erupsi vulkanik, perubahan orbit bumi, dan jumlah energi yang dilepaskan oleh matahari dapat mempengaruhi iklim bumi.
Sejak akhir abad 18, aktivitas manusia yang berhubungan dengan revolusi industri juga telah mengubah komposisi atmosfer sehingga mempengaruhi iklim bumi. Menurut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCC), perubahan iklim adalah perubahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang mengubah komposisi atmosfer secara global dan mengakibatkan perubahan variasi iklim yang dapat diamati dan dibandingkan selama kurun waktu tertentu.
Perubahan iklim telah menjadi masalah yang sering diteliti oleh para ahli. Masalah perubahan iklim ini muncul bersama krisis ekonomi, kesehatan dan keselamatan, produksi pangan, keamanan dan dimensi-dimensi yang lain. Perubahan pola iklim, sebagai misal, mengancam produksi pangan melalui meningkatnya curah hujan yang tidak normal, meningkatnya permukaan air laut mengkontaminasi persediaan air tawar di pesisir dan meningkatnya resiko bencana banjir, dan menghangatnya atmosfer juga membuat penyebaran hama dan penyakit tropis ke daerah lain.
Beberapa efek lain dari perubahan iklim antara lain:
  • Meningkatnya suhu bumi. Rata-rata kenaikan suhu global sekitar 0,74o C selama abad 20 ini. Kenaikan selama 50 tahun terakhir ini hampir 2 kali lebih tinggi dibanding 100 tahun sebelumnya.
  • Terdapat karbon dioksida lebih banyak di atmosfer. Karbon dioksida adalah penyumbang utama terjadinya perubahan iklim.
  • Banyak curah hujan dan banyak terjadi kekeringan. Terjadi curah hujan yang lebih tinggi pada daerah timur Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa Utara, Asia Utara dan Asia Tengah selama dekade belakangan ini. Tetapi di Mediterania, Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami kekeringan.
  • Kenaikan permukaan air laut. Total kenaikan permukaan air laut selama abad 20 sekitar 0,74 meter dan ini jauh lebih besar dibandingkan kenaikan selama 2000 tahun sebelumnya.
  • Berkurangnya lapisan es, terutama pada musim panas.
2. Penipisan Lapisan Ozon
Lapisan ozon adalah lapisan konsentrasi molekul ozon yang terdapat di stratosfer. Ozon adalah senyawa kimia yang terdiri dan 3 atom oksigen (O3). Sekitar 90% dari ozon yang ada di bumi terdapat di lapisan ozon. Di lapisan atmosfer (dekat permukaan bumi) ozon dapat mengganggu kesehatan, tetapi di lapisan stratosfer ozon akan melindungi mahluk hidup dan sinar ultra violet yang dipancarkan oleh matahari. Berlubangnya lapisan ozon mengakibatkan semakin banyak radiasi yang mencapai permukaan bumi. Untuk
manusia, paparan sinar UV yang berlebihan dapat mengakibatkan kanker kulit, katarak, dan memperlemah sistem kekebalan tubuh. Peningkatan radiasi UV juga mengakibatkan berkurangnya hasil panen dan gangguan pada rantai makanan di laut.
Berlubangnya lapisan ozon sebagian besar disebabkan oleh CFC (Chlorofluorocarbons), HCFC (Hydrochlorofluorocarbons), HFC (Hydrofluorocarbons), dan PFC (Perfluorocarbon). Gas-gas ini biasanya digunakan pada AC dan lemari es, emisi dari industri energi, semen, pulp dan kertas. Peristiwa berlubangnya ozon karena CFC melalui urutan sebagai berikut: CFC terlepas dari sumber dan naik ke stratosfer, sinar matahari memecah CFC sehingga menjadi atom klorin yang kemudian menjadi penyebab rusaknya lapisan ozon.
3. Efek Rumah Kaca
Gambar 3.1. Efek Rumah Kaca. Sumber: Assessment Report of Intergovernmental Panel on Climate Change, UNEP dan WMO, Cambridge University Press, 1996 Selain penipisan ozon, masih banyak lagi ancaman Iingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan kita, yaitu adanya gas pencemar (polutan) yang menyebabkan efek rumah kaca (ERK). Gas-gas pencemar akan melapisi bumi sehingga sinar matahari yang berhasil menerobos, panasnya akan tertahan tidak dapat lepas kembali ke atmosfer bebas. Fenomena ini menyerupai efek rumah kaca (green house effect), suhu dalam rumah kaca lebih tinggi karena panasnya tidak dapat menembus kaca. Sebenarnya bila bumi ini tidak ada gas polutan yang membentuk gas rumah kaca (GRK) seperti CO, Ca2, metana, maka suhu rata-rata permukaan bumi hanya -18°C suhu yang dingin bagi
kehidupan mahluk hidup. Tetapi dengan meningkatnya kadar GRK akan meningkat pula ERK (efek rumah kaca) sehingga suhu permukaan bumi akan naik pula, sehingga menyebabkan pemanasan global.
4. Hujan Asam
Gambar 3.2. Sumber dan Terbentuknya Hujan Asam. Sumber: www.epa.gov Hujan asam adalah istilah yang secara luas digunakan untuk campuran materi asam nitrit dan asam sulfit baik secara basah dan kering dari atmosfer melebihi jumlah normal. Penyebab atau unsur kimia pembentuk dari hujan asam berasal dari sumber-sumber alami seperti kegiatan vulkanik dan vegetasi yang terurai, maupun yang diakibatkan oleh aktivitas manusia, yang terutama berasal dari sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOx) berasal dari pembakaran bahan bakar fosil.
Unsur-unsur kimia asam dapat berupa hujan yang mengandung asam, fog (kabut asap), dan salju. Jika unsur-unsur asam di udara tertiup angin dimana kondisi cuaca lembab, unsur kimia tersebut akan jatuh ke tanah dalam bentuk hujan, salju, fog, atau kabut. Setelah jatuh ke bawah dan mengalir akan mempengaruhi bermacam-macam tanaman dan hewan.
Pada area dengan cuaca kering, unsur kimia asam dapat berupa debu atau asap dan jatuh ke tanah dalam bentuk deposisi kering, menempel ke tanah, gedung, rumah, mobil dan pepohonan. Partikel gas dan padat bersifat asam ini dapat terbilas air hujan dan jatuh sebagai air limpasan yang mengandung asam. Sekitar separuh dari keasaman di atmosfer turun ke tanah dalam bentuk deposisi kering.

C. Masalah Lingkungan Secara Nasional
Masalah lingkungan secara nasional tidak jauh berbeda dengan masalah lingkungan secara global. Bedanya terletak pada corak, bobot besaran masalahnya. Masalah lingkungan secara nasional mempunyai persamaan yang jelas bila dibandingkan dengan masalah lingkungan di negara-negara berkembang dalam lingkup nasional.
Keadaan dan masalah lingkungan pada tingkat nasional didahului oleh uraian mengenai keadaan dan masalah kependudukan yang secara global merupakan penyebab utama dan munculnya masalah lingkungan tersebut. Masalah kependudukan di Indonesia ditandai oleh laju pertumbuhan penduduk relatif masih tinggi, penyebaran penduduk belum berimbang, dan mutu kehidupan penduduk secara umum masih perlu ditingkatkan.
Hal demikian dibarengi oleh berbagai pola dan langkah pembangunan yang cenderung:
a. Merusak/mengganggu sistem pendukung kehidupan manusia
b. Menciptakan ancaman dan bahaya buatan manusia dalam bentuk berbagai sumber bencana
c. Berlanjutnya dampak dan resiko lingkungan ini pada generasi masa datang
d. Makin lemahnya struktur dan fungsi organisasi sosial masyarakat dalam berperan serta dalam mendukung kegiatan pembangunan maupun mengelola lingkungan
Masalah lingkungan nasional (lokal) yang ditimbulkan juga menimbulkan kerusakan pada alam, yaitu :
1) Kerusakan Hutan Tropis
Kerusakan disebabkan penjarahan yang dilakukan secara terang-terangan menyebabkan hutan-hutan rusak parah. Disamping penjarahan kerusakan juga diakibatkan karena kebakaran baik karena faktor alam maupun ulah manusia yang tidak bertanggungjawab.
2) Kerusakan terumbu karang
Terumbu karang adalah suatu tumbuhan dan hewan yang berada di daerah perairan laut dangkal.
Fungsi terumbu karang sebagai :
1. Penahan gelombang sehingga erosi tepi pantai dapat dikurangi
2. Tempat tinggal tetap atau sementara bagi berbagai jenis hewan serta tempat, persembunyian yang paling aman bagi hewan-hewan kecil
3. Tempat tumbuhnya berbagai macam zooxantellae dan alga, sehingga pada siang hari menghasilkan O2 yang diperlukan ikan dan mahluk hidup di bumi,serta dapat dijadikan taman laut yang paling mengesankan.
4. Sumber penghasilan dan makanan bagi masyarakat pesisir karena potensi perikanan terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi
5. Bahan obat-obatan penyakit kanker berasal dari biota terumbu karang
6. Tujuan pariwisata yang indah dan unik

Kerusakan terumbu karang sampai kedalaman 3 m di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Kegiatan manusia yang menyebabkan kerusakan terumbu karang antara lain penangkapan udang atau ikan dengan merusak karang, pengambilan karang untuk bangunan, pembersihan karang dari perairan pantai untuk keperluan pariwisata. Dengan rusaknya terumbu karang maka fungsi terumbu karang sebagai penahan gelombang, tempat tinggal banyak organisme, potensi ekonomi dan pariwisata jelas terganggu.
3) Kerusakan hutan bakau.
Hutan bakau atau lebih dikenal dengan mangrove adalah hutan yang tumbuh sepanjang daerah pantai atau sekitar muara sungai dan sangat dipengaruhi pasang surut air laut. Ekosistem hutan mangrove tumbuh di daerah pantai yang landai dan terlindung. Tempat yang paling ideal untuk pertumbuhan hutan mangrove adalah sekitar muara dan delta sungai yang lebar dan kaya dengan lumpur dan pasir.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang 81.000 km, memiliki hutan mangrove yang sangat luas. Menurut data hutan mangrove Indonesia dipekirakan 3,6 milyar hektar khususnya di sepanjang pantai timur Sumatra, pantai Kalimantan dan Irian Jaya.
Fungsi hutan bakau (Reksodihardjo dan Lilley, 1996) adalah sebagai berikut:
  • Hutan bakau merupakan sumber daya yang kaya baik dalam hal penyedia tempat tinggal bagi binatang air seperti ikan, udang dan penyedia kayu atau pemanfaatan daun bakau bagi binatang ternak.
  • Selama proses pembusukan, hutan bakau menjadi sumber makanan utama untuk moluska, kepiting, cacing dan binatang-binatang kecil lainnya.
  • Sebagai pelindung dan stabilisator garis pantai dan bahaya abrasi.
  • Sebagai pengikat lumpur dalam pembentukan lahan.
  • Sebagai lahan yang digunakan untk berbagai kegiatan manusia, seperti tempat pemancingan atau tempat wisata.
  • Buah dan daun beberapa tumbuhan bakau dapat dimanfaat nelayan sebagai makanan dan obat, seperti di Asia Tenggara, abu rebung, dan daun nipah sudah lama digunakan sebagai obat untuk menyembuhkan herpes, sakit gigi dan sakit kepala.
  • Tanaman mangrove juga merupakan penghasil madu meskipun hal ini belum tersebut dimanfaatkan secara sempurna
Kerusakan hutan bakau yang utama adalah alih fungsi hutan bakau tersebut menjadi daerah tambak (Kep. Karimunjawa, Cilacap), daerah pemukiman (Tanah Mas Semarang), perluasan objek wisata atau rekreasi. Belum lagi penebangan hutan bakau sebagai kayu bakar atau bahan bangunan. Polusi minyak juga mengancam juga tumbuhnya hutan bakau.

D. Masalah Lingkungan Secara Lokal (Kota Semarang)
Kota Semarang yang merupakan ibukota Propinsi Jawa Tengah dapat digolongkan sebagai kota metropolitan. Secara administratif, Kota Semarang terbagi atas 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Luas wilayah kota Semarang 373, 70 km2 dengan jumlah penduduk pada tahun 2008 adalah sebesar 1.481.640 jiwa. Secara umum masalah lingkungan yang terjadi di Kota Semarang antara lain penyebaran air payau
(intrusi air laut), longsor dan limbah cair, banjir dan rob.
1. Penyebaran air payau (intrusi air laut)
Penyebaran air payau di Kota Semarang semakin luas dan kadar garam semakin tinggi. Pemanfaatan air tanah di kawasan pantai yang dilakukan berlebihan tanpa perhitungan akan menyebabkan air laut begitu mudah meresap ke darat. Kondisi menyolok terjadi di sekitar Tawangsari, Tambaklorog, Genuksari, Wonosari, Tambaksari, dan Bedono. Pada daerah-daerah tersebut, sampai kedalaman 40 meter air tanah sudah payau. Air tanah segar baru didapat pada kedalaman lebih dari 60 meter. Hampir semua air tanah dangkal di kawasan Semarang, terutama sumur gali dengan kedalaman sampai 10 meter memiliki salinitas tinggi.
Penurunan kualitas air tanah bukan hanya karena kandungan garam, tetapi juga dari jumlah koloid yang ikut, sehingga air berwarna merah kecoklatan. Akibatnya beberapa sumur pompa dan bahkan sumur bor menjadi tidak layak untuk minum, hanya untuk MCK. Air tanah dangkal di kawasan Kalisari, Tapak, Beji dan kompleks Pertamina mengandung unsur CaCO3 522 mg/l, Mg 177,7 mg/l dan Fe 11,7 mg/l. Kekeruhan tersebut melebihi ambang batas yang dipersyaratkan. Kekeruhan dan kelebihan unsur-unsurnya begitu jelas sehingga air berwarna kecoklatan dan terasa asin.
2. Banjir dan Rob
Banjir yang terjadi di Kota Semarang pada umumnya disebabkan karena tidak terkendalinya aliran sungai, akibat kenaikan debit, pendangkalan dasar badan sungai dan penyempitan sungai karena sedimentasi, adanya kerusakan lingkungan pada daerah hulu (wilayah atas kota Semarang) atau daerah tangkapan air (recharge area) serta diakibatkan pula oleh ketidakseimbangan input – output pada saluran drainase kota.
Cakupan banjir saat ini telah meluas di beberapa kawasan di Kota Semarang, yang mencakup sekitar muara Kali Plumbon, Kali Siangker sekitar Bandara Achmad Yani, Karangayu, Krobokan, Bandarharjo, sepanjang jalan di Mangkang, kawasan Tugu Muda – Simpang Lima sampai Kali Semarang, di Genuk dari Kaligawe sampai perbatasan Demak.
Persoalan yang juga sering muncul adalah terjadi air pasang laut (rob) di beberapa bagian di wilayah perencanaan yang menjadi langganan genangan akibat rob. Saluran drainase yang mestinya menjadi saluran pembuangan air ke laut berfungsi sebaliknya (terjadi backwater), sehingga sistem drainase yang ada tidak dapat berjalan dengan semestinya. Hal ini menjadi lebih parah bila terjadi hujan pada daerah tangkapan dari saluran-saluran drainase yang ada. Sehingga terjadi luas genangan yang semakin besar dan semakin tinggi.
3. Longsor
Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang unik. Karena kota ini terbagi dalam dua alam yang kontras dengan jarak sangat berdekatan. Kawasan kota bawah berbatasan langsung dengan pantai. Sementara kawasan perbukitan jaraknya sangat pendek. Kawasan kota yang berada di bawah tentu rawan banjir dan rob. Sementara daerah perbukitan rawan longsor. Tujuh dari 16 kecamatan di Kota Semarang memiliki titik-titik rawan longsor. Ketujuh kecamatan tersebut adalah Manyaran, Gunungpati, Gajahmungkur, Tembalang, Ngaliyan, Mijen, dan Tugu. Kontur tanah di kecamatan-kecamatan tersebut sebagian adalah perbukitan dan daerah patahan dengan struktur tanah yang labil.
Pengertian tanah longsor adalah terjadinya pergerakan tanah atau bebatuan dalam jumlah besar secara tiba-tiba atau berangsur yang umumnya terjadi di daerah terjal yang tidak stabil. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya bencana ini adalah lereng yang gundul serta kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh. Air hujan adalah pemicu utama terjadinya tanah longsor. Ulah manusiapun bisa menjadi penyebab tanah longsor seperti penambangan tanah, pasir dan batu yang tidak terkendalikan. Menurut organisasi MPBI (Masyarakat Peduli Bencana Indonesia), gejala umum tanah longsor meliputi:
1. Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
2. Muncul mata air secara tiba-tiba
3. Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
4. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan

Evaluasi
1. Apa yang anda ketahui tentang masalah lingkungan?
2. Faktor apa saja yang menyebabkan masalah lingkungan global?Jelaskan.
3. Pada tanggal berapakah hari lingkungan hidup diperingati?
4. Bagaimana sebab dan dampak yang ditimbulkan dari penipisan lapisan ozon?
5. Bagaimana penanggulangan dari penipisan lapisan ozon?
6. Bagaimana sebab dan dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global?
7. Bagaimana cara menanggulangi pemanasan global?
8. Bagaimana penyebab kerusakan hutan tropis?
9. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe terumbu karang?
10. Jelaskan fungsi dari terumbu karang, dan bagaimana jika terumbu karang rusak?
11. Apa peranan hutan bakau?
12. Menurut anda, pentingkan terdapat terumbu karang dan hutan bakau?
13. Daerah manakah yang memiliki terumbu karang dan hutan bakau?
14. Menurut anda, apakah peran serta pemerintah dalam upaya mengurangi masalah lingkungan? Berhasilkah pemerintah dalam mengatasi masalah lingkungan? Jelaskan?

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pekerjaan Umum, Ditjen Cipta Karya. 2001. Profil Kabupaten/Kota, Kota Semarang
Jawa Tengah. Semarang.
Bappeda Kota Semarang dan Badan Pusat Statistik Kota Semarang. 2009. Kota
Semarang dalam Angka 2008. Semarang
Prawiro Ruslan H.1988. Ekologi Lingkungan Pencemaran. Satya Wacana. Semarang
Manahan, Stanley E. 2002. Enviromental Chemistry, 7th ed., CRC Press, US of America.
Mantini, Sri.dkk. 2006. Kimia Lingkungan.Untuk Kalangan Sendiri.Semarang.
Mido, Y., et.al., 1995, Chemistry of Air and Air Pollution, Discovery Publishing House,
New Dehli, India.
Santosa, Kukuh. 2006. Pengantar Ilmu Lingkungan. UNNES Press. Semarang.
Slamet, Juli Soemirat.1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.
Bandung
UN Department of Public Information. 2007. Addressing the Leadership Challenge of
Climate Change, Fact Sheet. United Nations Headquarters. New York.
Yayasan IDEP. 2005. Tanah Longsor. Cerita Tentang Peran Masyarakat Desa Saat
Menghadapi Bencana Tanah Longsor. Penanggulangan Bencana Berbasis
Masyarakat. Bali
www.epa.gov
www.unep.org

Tidak ada komentar: