psikopen 13


BAB 13
PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME DAN KONTEKSTUAL
PEMBELAJARAN KONTRUKTIVISME
Kontruktivisme merupakan teori psikologi tentang pengetahuan yang menyatakan bahwa manusia membangun dan memaknai pengetahuan dari pengalamannya sendiri. Esensi pembelajaran kontruktivistik adalah peserta didik secara individu menemukan dan mentranfer informasi yang kompleks apabila menghendaki informasi itu menjadi miliknya. Pembelajaran kontruktivistik memandang bahwa peserta didik secara terus-menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan-aturan lama dan merevisi aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai lagi.

Untuk mendorong agar peserta didik terlibat aktif dalam kegiatan belajar, maka:
- Suasana lingkungan belajar harus demokratis.
- Kegiatan pembelajaran berlangsung secara interaktif dan berpusat pada peserta didik.
- Pendidik mendorong peserta didik agar belajar mandiri dan bertanggungjawab atas kegiatan belajarnya.
Asumsi dalam pembelajaran kontruktivistik:
1. Mengenai peserta didik
- Peserta didik adalah individu yang bersifat unik. Mereka memiliki latar belakang dan kebutuhan yang unik pula.
- Kontruktivisme sosial mendorong peserta didik menghadirkan versi kebenarannya sendiri, hal ini karena dipengaruhi oleh latar belakang, kebudayaan atau pandangan tentang dunianya sendiri.
- Peserta didik perlu didorong untuk memiliki tanggung jawab belajarnya sendiri.
- Motivasi belajar peserta didik tergantung pada keyakinan peserta didik terhadap potensi belajarnya.
2. Mengenai pendidik
- Pendidik harus menyesuaikan diri dengan peran sebagai fasilitator dan bukan sebagai pendidik.
- Tugas fasilitator adalah membantu peserta didik memperoleh pemahaman tentang isi pembelajaran.
- Karena pendidik sebagai fasilitator, maka peserta didik yang berperan aktif dalam pembelajaran.
3. Mengenai proses belajar
- Belajar merupakan proses aktif di mana peserta didik belajar menemukan prinsip, konsep dan fakta untuk dirinya sendiri.
- Tercipta interaksi yang dinamik antara tugas-pendidik-peserta didik.
4. Mengenai kolaborasi peserta didik
- Peserta didik dengan perbedaan keterampilan dan latar belakangnya, hendaknya berkolaborasi dalam melaksanakan tugas dan diskusi dalam rangka memperoleh pemahaman tentang kebenaran.
- Konteks merupakan pusat belajar. Pengetahuan yang tidak sesuai konteks tidak memberikan ketrampilan kepada peserta didik untuk menerapkan pemahamannya pada tugas-tugas yang bersifat autentik.
5. Mengenai asesmen
- Holt dan Willard-Holt menekankan konsep asesmen dinamik, yaitu cara menilai peserta didik yang berbeda dari penilaian konvensional. Belajar interaktif diperluas dengan proses asesmen.
- Pendidik hendaknya memandang asesmen sebagai proses interaksi dan kontinyu untuk mengukur prestasi belajar dan kualitas pengalaman belajar. Balikan yang dibuat melalui proses asesmen itu digunakan sebagai dasar pengembangan kegiatan berikutnya.
6. Mengenai pemilihan, cakupan dan urutan materi pelajaran
- Pengetahuan dipandang sebagai keseluruhan yang terpadu.
- Agar peserta didik benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran, maka tugas dan lingkungan belajarnya hendaknya merefleksikan kompleksitas lingkungan, sehingga peserta didik mampu memfungsikan diri sampai akhir kegiatan belajar.
- Semakin terstruktur lingkungan belajar, semakin tidak mampu peserta didik membangun makna berdasarkan pemahaman konseptualnya. Fasilitator hendaknya menstrukturkan pengalaman belajar cukup untuk memastikan bahwa peserta didik memperoleh bimbingan yang jelas sehingga mampu mencapai tujuan belajar.
Pendekatan pembelajaran kontruktivistik menekankan pembelajaran dari atas ke bawah (top-down intruction). Peserta didik mulai memecahkan masalah yang kompleks kemudian menemukan keterampilan dasar yang diperlukan.
Pembelajaran yang memakai prinsip kontruktivisme adalah:
1. Diskaveri (discovery learning)
Dikembangkan oleh Jerome Brunner. Dalam pembelajaran diskaveri, pembelajaran harus mampu mendorong peserta didik untuk mempelajari apa yang telah dimiliki. Keuntungan pembelajaran ini adalah:
- Mampu memunculkan hasrat ingin tahu peserta didik dan memotivasi peserta didik untuk bekerja keras sampai menemukan jawaban atas pertanyaan yang muncul.
- Peserta didik belajar keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah karena mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi.
2. Penangkapan (reception learning)
Dikembangkan oleh David Ausubel. Dalam pembelajaran penangkapan, peserta didik tidak mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri, sehingga mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang diajarkan di sekolah. Inti pendekatan belajar penangkapan adalah pengajaran ekspositori, yakni pembelajaran sistematik yang direncanakan oleh pendidik mengenai informasi yang bermakna (meaningful information). Pembelajaran ekspositori ini terdiri atas tiga tahap, yaitu:
- Penyajian Advance organizer
Merupakan pernyataan umum yang memperkenalkan bagian-bagian utama yang tercakup dalam urutan pengajaran.
- Penyajian materi atau tugas belajar
Merupakan penyajian materi pembelajaran baru dengan metode ceramah, diskusi, film atau menyajikan tugas-tugas belajar kepada peserta didik.
- Memperkuat organisasi kognitif
Caranya dengan mengkaitkan informasi baru ke dalam struktur yang telah direncanakan di dalam permulaan pelajaran, dengan cara mengingatkan peserta didik bahwa rincian yang bersifat spesifik itu berkaitan dengan gambaran informasi yang bersifat umum.
3. Belajar terbimbing (scaffolding)
Dikembangkan oleh Vgotsky. Scaffolding merupakan strategi pembelajaran yang berkaitan dengan dukungan kepada peserta didik dengan cara membatasi kompleksitas konteks dan secara perlahan-lahan mengurangi batas-batas tersebut karena peserta didik telah memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri dalam mengatasi kompleksitas konteks tersebut.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu peserta didik menghubungkan isi materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata serta memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dengan kehidupan nyata. Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi peserta didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga peserta didik memiliki pengetahuan atau keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks lainnya.
Karakteristik pembelajaran konstektual adalah sebagai berikut:
- Proses pembelajarannya mencakup berbagai disiplin pengetahuan sehingga peserta didik memperoleh perspektif terhadap kehidupan nyata.
- Tujuan pembelajarannya berbasis pada:
* Standar disiplin pengetahuan yang ditetapkan secara nasional atau lokal oleh asosiasi profesi.
* Pengetahuan & keterampilan yang ditetapkan dalam tujuan memiliki daya guna dan kompetensi tertentu.
* Keterampilan berpikir tinggi seperti pemecahan masalah, berpikir kritis dan pembuatan keputusan.
- Pengalaman belajarnya mendorong peserta didik membuat hubungan konteks internal dan eksternal.
- Integrasi pendidikan akademik dan karier akan membantu peserta didik memahami isi materi pelajaran dan pemahaman tentang karier atau bidang kajian teknis tertentu.
Komponen pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Kontruktivisme
2. Inkuiri (menemukan)
Menemukan merupakan bagian inti kegiatan pembelajaran berbasisi CTL (Contextual Teaching and Learning). Langkah-langkah kegiatan inkuiri adalah: - merumuskan masalah
- mengamati atau melakukan observasi
- menganalisis
- mengkomunikasikan atau menyajikan hasil
3. Questioning (bertanya)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis CTL
4. Masyarakat belajar
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok dan antar yang tahu ke yang belum tahu.
5. Modeling (pemodelan)
Pendidik memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Ada model yang bisa ditiru dan diamati peserta didik sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci.
6. Refleksi
Adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu.
7. Penilaian autentik
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik.
Prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual meliputi:
- Prinsip saling ketergantungan
Prinsip ini mengajak peserta didik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lain, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan alam.
- Prinsip diferensiasi
Prinsip ini mengembangkan kreativitas dan mendorong keragaman dan keunikan antara peserta didik untuk bekerjasama dalam bentuk yang disebut simbiosis.
- Prinsip pengaturan diri
Prinsip ini menyatakan bahwa kegiatan belajar diatur sendiri, dipertahankan sendiri dan disadari sendiri oleh peserta didik.
Pendekatan pada pembelajaran kontekstual meliputi:
1. Pembelajaran berbasis masalah
Merupakan pendekatan yang melibatkan peserta didik dalam pengkajian pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan konsep dari berbagai isi pelajaran.
2. Penggunaan keragaman konteks
Pengalaman pembelajaran kontekstual dapat diperkaya apabila peserta didik belajar keterampilan di berbagai lingkungan .
3. Pengelompokan peserta didik
Tujuannya adalah agar mereka mapu berbagi pengalaman dan informasi. Dalam pengelompokan peserta didik, anggotanya berasal dari berbagai macam konteks dan latar belakang agar mereka memiliki berbagai sudut pandang terhadap suatu masalah.
4. Dukungan belajar peserta didik mengatur diri sendiri
Dalam pembelajaran kontekstual diharapkan dapat mendorong peserta didik menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dalam hal ini mereka mapu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau tanpa bimbingan dari orang lain.
5. Pembentukan kelompok belajar saling ketergantungan
Peserta didik akan dipengaruhi dan akan memberikan kontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok belajar dibangun untuk berbagi pengetahuan dan memberikan peluang kepada peserta didik untuk saling membelajarkan.
6. Menggunakan asesmen autentik
Asesmen belajar hendaknya berkaitan dengan metode dan tujuan pembelajaran. Asesmen autentik menunjukkan bahwa belajar terjadi, terpadu dengan proses belajar mengajar, dan memberikan kesempatan dan arah perbaikan kepada peserta didik. Asesmen autentik hendaknya digunakan untuk memantau kemajuan peserta didik dan memberikan informasi tentang kegiatan pembelajaran.
Sumber: Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Tidak ada komentar: