psikopen 4

BAB 4
PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL DAN MORAL
PERKEMBANGAN PERSONAL DAN SOSIAL
Pakar psikologi yang mengembangkan teori perkembangan personal dan sosial adalah Erik Erikson. Dia menyatakan bahwa seseorang dalam kehidupannya akan melewati delapan tahap psikososial, yaitu:
1. Tahap kepercayaan VS ketidakpercayaan (0 – 1 tahun)
Jika pada tahap ini bayi diasuh dengan rasa nyaman maka akan timbul kepercayaan. Apabila diasuh dengan negatif atau diabaikan akan menimbulkan rasa ketidakpercayaan.
2. Tahap otonomi VS malu dan ragu (1 – 2 tahun)
Pada tahap ini jika bayi mempercayai pengasuhnya, mereka akan menegaskan independensi dan menyadari kehendaknya sendiri. Jika bayi terlalu banyak dibatasi, mereka akan mengembangkan sikap malu dan ragu.

3. Tahap inisiatif VS rasa bersalah (3 – 5 tahun)
Pada tahap ini anak akan mempunyai inisiatif apabila mengemban tanggung jawab. Anak akan merasa bersalah bila tidak bertanggung jawab dan merasa cemas.
4. Tahap upaya VS inferioritas (6 – 10 tahun)
Saat imajinasi mereka berkembang, anak yang punya inisiatif akan bersemangat untuk belajar. Bahayanya, anak menjadi rendah diri, tidak produktif dan inkompetensi.
5. Tahap identitas VS kebingungan (10 – 20 tahun)
Pada tahap ini, apabila remaja diberi kesempatan untuk melakukan eksplorasi guna memahami identitasnya, remaja akan menemukan identitasnya. Bila tidak diberi kesempatan remaja akan mengalami kebingungan mengenai identitas dirinya.
6. Tahap intimasi VS isolasi (20 – 40 tahun)
Pada tahap ini, setelah menemukan identitasnya, orang akan mulai membentuk hubungan yang positif dengan orang lain. Bila tidak, orang akan terisolasi secara sosial.
7. Tahap generativitas VS stagnasi (40 – 60 tahun)
Pada tahap ini orang dewasa akan membantu generasi muda untuk mengembangkan hidup yang berguna. Di sisi lain ada pula orang dewasa yang tidak melakukan apapun untuk membantu generasi muda.
8. Tahap integritas VS putus asa (60 tahun ke atas)
Pada tahap ini orang tua akan merenungi kembali hidupnya. Apabila evaluasinya positif, mereka akan mengembangkan rasa integritas. Apabila evaluasinya negatif, mereka akan putus asa.
Perkembangan sosial lebih diwarnai dengan dua aktivitas yang berlawanan yaitu otonomi dan keterikatan. Di sisi lain remaja dapat mengatur diri sendiri dan mencapai kebebasan (otonomi), di sisi lain remaja masih terikat hubungan dengan orang tua.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial antara lain:
- keluarga : Cara mendidik anak yang digunakan orang tua sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak.
- sekolah : Di sekolah, guru memasukkan pengaruhnya terhadap sosialisasi anak.
- masyarakat : Penerimaan dan penghargaan secara baik dari masyarakat terhadap diri anak mendasari perkembangan sosial yang sehat, citra diri yang positif dan rasa percaya diri yang mantap.
PERKEMBANGAN PERASAAN DAN EMOSI
Perasaan berkaitan dengan emosi. Emosi bersifat intens daripada perasaan, lebih ekspresif dan ada kecenderungan untuk meletus. Emosi dapat timbul dari kombinasi beberapa perasaan. Emosi juga mempengaruhi tingkah laku. Ada beberapa teori yang membahas hubungan antara emosi dan tingkah laku.
1. Teori Sentral= Perubahan jasmani timbul akibat emosi.
2. Teori Perifir= Perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan adanya perubahan fisiologis.
3. Teori Kedaruratan Emosi= Emosi merupakan reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi darurat.
Emosi dipengaruhi oleh:
* Kondisi yang ikut mempengaruhi emosi dominan:
- kondisi kesehatan - hubungan dengan teman sebaya
- kondisi rumah - perlindungan yang berlebihan
- cara mendidik anak - aspirasi orang tua
- hubungan dengan para anggota keluarga - bimbingan
* Kondisi yang menunjang timbulnya emosionalitas yang menguat:
- kondisi fisik
- kondisi psikologis
- kondisi lingkungan
Ragam faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi seseorang menyebabkan reaksi yang dimunculkan oleh individu-individu terhadap suatu keadaan tidaklah sama antara individu yang satu dengan individu yang lain. Hal tersebut karena perasaan atau emosi bersifat subjektif dibandingkan peristiwa psikis yang lain. Selain itu karena perasaan berhubungan dengan pengenalan atau pengalaman seseorang.
PERKEMBANGAN MORAL
1. Pandangan Piaget
Piaget membagi 2 tahap perkembangan moral yaitu:
Tahap Heteronomous
Tahap Otonomous
Penalaran model didasarkan pada hubungan keterpaksaan
Penalaran moral didasarkan pada hubungan kerjasama, pengakuan bersama antar kesamaan individu dan setiap individu dianggap sama
Penalaran moral didasarkan pada realisme moral. Aturan dianggap sebagai sesuatu yang kaku, berasal dari luar dirinya dan dipegang oleh orang yang berkuasa, tidak terbuka untuk bernegosiasi, kebenaran berkaitan dengan ketaatan pada orang dewasa dan aturan.
Penalaran moral direfleksikan pada sikap moral yang rasional. Aturan dianggap sebagai produk dari kesepakatan bersama, terbuka untuk negosiasi ulang, dilegitimasi oleh setiap orang, kebenaran berkaitan dengan kegiatan yang sesuai dengan persyaratan kerjasama dan saling menghormati
Kejahatan dinilai dari konsekuensi atas tindakan, keadilan disamakan dengan isi keputusan orang dwasa, kesewenag-wenangan dan hukuman dipandang sebagai keadilan. Hukuman dipandang sebagai konsekuensi dari pertahanan
Kejahatan dipandang sebatas perilaku yang bersikap relatif, keadilan diperlakukan secara sama atau memperhitungkan kebutuhan individu. Kewajaran hukuman dimaknai melalui kelayakan terhadap pertahanan.
2. Pandangan Kolhberg
Kolhberg menyusun teori perkembangan moral terdiri dari 3 level utama dengan 2 tahap pada setiap levelnya. Konsep penting memahami perkembangan dari teori Kolhberg adalah internalisasi, artinya perubahan perkembangan dari perilaku yang dikontrol secara eksternal ke perilaku yang dikontrol secara internal.
LEVEL 1
Prakonvensional
Tidak ada internalisasi
LEVEL 2
Konvensional
Internalisasi pertengahan
LEVEL 3
Postkonvensional
Internalisasi penuh
Tahap 1
Heteronomous morality
Tahap 2
Individualisme, tujuan dan pertukaran
Tahap 3
Ekspetasi interpersonal mutual, hubungan dan konformitas interpersonal
Tahap 4
Moralitas sistem sosial
Tahap 5
Kontrak sosial/ utilitas dan hak individu
Tahap 6
Prinsip etika universal
Anak patuh karena orang dewasa menyuruh mereka untuk patuh. Orang mendasarkan pada keputusan moralnya karena takut hukuman.
Individu mengejar kepentingannya sendiri, tetapi membiarkan orang lain melakukan hal yang sama. Apa yang benar melibatkan pertukaran yang seimbang.
Individu menggunakan rasa percaya, perhatian, dan loyalitas kepada orang lain sebagai basis untuk penilaian moral.
Penilaian moral didasarkan pada pemahaman dan aturan sosial, hukum, keadilan dan kewajiban.
Individu memahami bahwa nilai, hak, dan prinsip mendasari atau mengatasi hukum.
Orang telah mengembangkan penilaian moral berdasarkan hak asasi manusia yang universal ketika berhadapan dengan dilema antara hukum dan kesadaran, yang akan diikuti adalah kesadaran individual seseorang
Sumber: Rifai, Achmad dan Tri Anni, Catharina. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press

Tidak ada komentar: